Selasa, 13 September 2016

Tugas Sosiologi Hukum "Mengenal adat jawa yang masih Primitive"



Ritual “Larung Sesaji” di Pantai Tambak

Pantai Tambak adalah Pantai yang terletak di Desa Tambak Rejo Kec. Wonotirto Kab. Blitar, Pantai ini terletak di Ujung paling selatan dari Kota Blitar,   Setiap satu tahun sekali ratusan nelayan di pantai tambak menggelar ritual larung sesaji saat Suro atau bulan 1 Muharam dalam kalender islam, Sebagai wujud Rasa Syukur atas kelimpahan nikmat hasil lautnya dan sebagai penolak balak untuk meredam ganasnya ombak pantai agar tidak memakan korban dan terhindar dari segala bahaya.




Ritual Larung Sesaji ini diawali dengan prosesi acara kirab dua buah gunungan dan juga kepala lembu yang di bawa dari balai desa menuju bibir pantai tambak Rejo. Selain Kedua Tumpeng Raksasa, dalam ritual larung sesaji warga juga membawa berbagai macam sesaji sebagai kelengkapan ritual. Setelah diberi Doa oleh Sesepuh Desa, Kedua tumpeng agung yang berisi berbagai hasil bumi serta kepala lembu, kemudian dilarung ke tengah lautan. Pada prosesi inilah teori max weber digunakan masyarakat di pantai tambak yang sebagian besar nelayan dilihat dari cara ritual larung sesaji ini warga nya adalah primitive karena lebih percaya pada insting/bisikan ghaib dan masih percaya konon apabila tidak melaksanakan ritual tersebut pantainya akan memakan korban dan terjadi mara bahaya yang lainnya, Pada ritual larung sesaji ini dipercaya juga bahwa anak ragil dan bungsu tidak boleh ikut atau melihat ritual larung sesaji di pantai tambak karena akan terkena bahaya atau terseret ombak, Tetapi pada kenyataannya selain hari tersebut setiap Tahun pada musim liburan banyak wisatawan yang datang , dan selalu memakan korban mungkin saja itu kelalaian wisatawan yang tak menghiraukan ombak besar tetap bermain air di tepi pantai atau memang setiap tahun harus memakan korban untuk dijadikan tumbal. Secara logika ritual tersebut tidak masuk akal karena tiap tahun sudah dilaksanakan ritual tetapi tetap saja memakan korban. 

Perkembangan warga masyarakat di bibir pantai termasuk berjalan linear selain primitive juga menuju karismatik, pada tahap ini masyarakatnya percaya pada sesepuh desa atau tetua adat untuk memimpin ritual larung saji tersebut untuk membacakan doa selain itu membacakan sejarah asal-usul Desa. Tambak Rejo. Dikisahkan, bahwa kawasan tersebut merupakan hutan belantara yang lebat, cikal bakal atau babatnya desa Tambak Rejo tersebut diawali datangnya seorang pelarian perang zaman penjajahan Belanda bernama Ki Atmo Wijoyo, banyak sekali tantangan yang dihadapi Ki Atmo Wijoyo mulai dari gangguan mahkluk halus sampai dengan godaan lapar dan teriknya panas matahari tapi semua itu tidak menjadi masalah. Ki Atmo berhasil menjalin komunikasi dengan lingkungan barunya dan membina hubungan dengan masyarakat di luar hutan, sehingga banyak yang tertarik ke pantai yang di buka Ki Atmo Wijoyo. Jika kemudian masyarakat pantai Tambak Rejo memperoleh kemakmuran seperti sekarang ini, masyarakatnya percaya bahwa itu berkat ki Atmo dan menunjukan rasa syukurnya yaitu dengan mengadakan ritual larung sesaji tersebut. 

Pada Tahap Modern warga masyarakat Desa Tambak Rejo kebanyakan sudah menggunakan pikiran yang irasional kemajuannya sangat berkembang pesat walaupun tidak meninggalkan atau menghilangkan Ritual larung sesaji, diadakan ritual sesaji ini juga untuk menarik wisatawan berkunjung ke pantai sehingga mempunyai nilai ekonomi yang banyak mulai dari menyediakan parkiran, toilet umum, tempat kuliner makanan khas tambak yaitu ikan asap, lalu berbagai souvenir oleh-oleh seperti baju, topi pantai dll. Ada banyuak permainan di pantai banana boat, naik perahu keliling pantai tambak hingga penyewaan tenda dan ban karet demi kenyamanan pengunjung pun disediakan. Dengan dipenuhi berbagai fasilitas tersebut masyarakatnya tidak dalam mencari mata pencaharian tidak bergantung pada laut saja menjadi nelayan tapi masih banyak profesi yang lainnya. Pengorbanan memang diperlukan sebagai bagian dari keinginan untuk mencapai harapan yang lebih besar., berupa kemakmuran. Berbagai nikmat Tuhan yang diturunkan umatnya untuk menikmati hasil bumi dan lautnya.

Ritual Larung sesaji tersebut dinamakan dengan Nguri-uri yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dan nelayan, biasanya pula akan ada pejabat yang hadir seperti Bupati, Dpr dll. Sakralnya ritual ini masih terjaga, dan pantai tambak ini termasuk pantai yang bersih tidak tercemari oleh tangan-tangan jahil manusia, Larung sesaji yang mengandung unsur-unsur magis atau mitos merupakan suatu kepercayaan yang ada pada masyarakat atau kalangan tertentu yang meyakini, dan mitos merupakan kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau, Mitos Larung Sesaji ini dianggap suatu kebenaran yang mutlak yang dijadikan rujukan masyaraktnya dalam setiap tahun menggelar ritualnya, merupakan suatu dogma yang suci peninggalan leluhur dan kita harus melestarikannya, hal ini menyiratkan bahwa dalam mitos pada kenyataannya melahirkan sebuah keyakinan tokoh mitos bukan tokoh sembarangan, dan keyakinan tersebut mempengaruhi masyarakatnya ke arah takhayul tergantung bagaimana tanggapan kita terhadap hal tersebut dilihat dari sisi negatif maupun positifnya. 

 
Dari kesimpulan diatas bisa dijelaskan bahwa masyarakat desa Tambak Rejo adalah masyarakat yang berjalan linear dari tahap primitive menuju - tahap karismatik lalu - ke tahap modern. bisa dikatakan bahwa larung sesaji adalah bentuk masyarakatnya yang masih primitive tetapi juga percaya adanya tokoh masyarakat yang babat desa itu disini menunjukan bahwa masyarakatnya juga karismatik, dan sesuai perkembangan zaman masyarakat Desa Tambak Rejo juga melalui tahap modern karena pemikiran nya irasional tidak percaya pada hal mistis saja tetapi juga melalui logika.







Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi pembacanya sehingga bisa mengetahui bahwa adat, kebudayaan indonesia begitu aneka ragam, terutama masyarakat jawa yang berada di Desa Tambak Rejo, dan kebiasaan itu tetap dijalankan seiring perkembangan zaman tidak hilang tertelan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar